OTOMOTIF SMK KARYA NUGRAHA BOYOLALI
Selamat Datang di blog Electrical Automotif SMK Karya Nugraha Boyolali
Subscribe Us
GALERI
Jumat, 16 Agustus 2024
Selasa, 06 Agustus 2019
Jumat, 30 November 2012
Sistem Pengisian
Sistem Pengisian
SISTEM PENGISIAN GENERATOR AC (ALTERNATOR)
Sistem pengisian AC paling banyak digunakan, baik sistem pengisian dengan regulator mekanik (konvensional) maupun dengan IC Regulator.Komponen sistem pengisian regulator mekanik terdiri dari :
- Alternator yang berfungsi merubah energi gerak menjadi energi listrik. Listrik yang dihasilkan merupakan arus bolak-balik (AC), untuk merubah arus AC menjadi arus DC digunakan diode yang dipasang menjadi satu bagian dengan alternator.
- Regulator berfungsi untuk mengatur tegangan dan arus yang dihasilkan alternator dengan cara mengatur kemagnetan pada rotor altenator. Regulator juga berfungsi untuk mengatur hidup dan matinya lampu indikator pengisian.
- Sekering untuk memutus aliran listrik bila rangkaian dialiri arus berlebihan akibat hubungan singkat.
- Kunci kontak untuk menghubungkan atau memutus aliran ke lampu indicator dank e regulator. Aliran listrik ke regulator diteruskan ke altenator berfungsi untuk menghasilkan magnet pada altenator.
- Baterai menyimpan arus listrik dan stabilizer tegangan yang dihasilkan sistem pengisian.
Alternator yang berfungsi merubah energi gerak menjadi energi listrik. Listrik yang dihasilkan merupakan arus bolak-balik (AC), untuk merubah arus AC menjadi arus DC digunakan diode yang dipasang menjadi satu bagian dengan Alternator.
PRINSIP KERJA ALTERNATOR
Bila pada generator DC sebuah penghantar dibentuk “U”, di ujung penghantar dipasang komutator, pada komutator menempel sikat. Sikat “A” merupakan sikat positip dan sikat “B” adalah sikat negatip, maka pada generator AC (altenator) kedua ujung penghantar dihubungkan ke slip ring dan jenis sikat sudah tidak jelas karena berubah ubah sesuai posisi penghantar. Saat penghantar diputar maka penghantar tersebut akan memotong medan magnet sehingga menghasilkan induksi elektromagnetik. Arah arus yang dihasilkan akan berubah-ubah, pada posisi (1) arah arus menuju sikat “A”, namun pada posisi (2) arah arus berubah menuju sikat “B”. Perubahan tersebut dapat digambarkan dalam fungsi gelombang sinus.
KONSTRUKSI ALTERNATOR
Pada altenator terdapat 4 terminal yaitu terminal B,E,F dan N. Terminal B merupakan terminal output altenator yang dihubungkan ke baterai, beban dan regulator terminal B. Terminal E berhubungan dengan sikat negatip, bodi alternator dan terminal E regulator. Terminal F berhubungan dengan sikat positip dan dihubungkan ke terminal F regulator, Terminal N berhubungan dengan neutral stator coil, saat altenator menghasilkan listrik maka terminal N juga menghasilkan listrik, listrik yang dihasilkan terminal N dialirkan ke regulator terminal N, untuk mematikan lampu indicator pengisian.
Pada regulator terdapat 6 terminal mempunyai terminal B,E,F,N, IG dan L. Empat dari 6 terminal tersebut berhubungan dengan terminal altenator yaitu B, E,F, N. Dua terminal regulator yang lain yaitu terminal IG dan L, berhubungan dengan terminal IG kontak dan lampu.
KOMPONEN UTAMA ALTERNATOR
Pulley
Berfungsi untuk tempat V belt penggerak alternator yang memindahkan gerak putar mesin untuk memutar alternator.
Kipas (fan)
Berfungsi untuk mendinginkan komponen altenator yaitu diode maupun kumparan pada alternator.
Rotor
Fungsi rotor untuk menghasilkan medan magnet, kuat medan magnet yang dihasilkan tergantung besar arus listrik yang mengalir ke rotor coil. Listrik ke rotor coil disalurkan melalui sikat yang selalu menempel pada slip ring. Terdapat dua sikat yaitu sikat positip berhubungan dengan terminal F, sikat negatip berhubungan dengan massa atau terminal E. Semakin tinggi putaran mesin, putaran rotor altenator semakin tinggi pula, agar listrik yang dihasilkan tetap stabil maka kuat magnet yang dihasilkan semakin berkurang sebanding dengan putaran mesin.
Bila rotor dirangkai seperti gambar diatas, maka arus listrik akan mengalir dari positip baterai, variable resistor, amper meter, slip ring, rotor coil, slip ring dan ke negatip baterai. Adanya aliran listrik pada rotor menyebabkan rotor menjadi magnet, saat tahanan pada variable resistor kecil maka arus yang mengalir sangat besar, magnet pada rotor sangat kuat, namun bila tahanan variable resistor besar maka arus yang mengalir ke rotor coil menjadi kecil sehingga kemagnetan juga menjadi kecil. Pada saat tahanan variable resistor kecil maka voltmeter yang dipasang pada slip ring menunjukan tegangan yang besar, sebaliknya saat tahanan variable resistor besar maka tegangan pada slip ring menjadi kecil.
Stator
Stator berfungsi sebagai kumparan yang menghasilkan listrik saat terpotong medan magnet dari rotor. Stator terdiri dari stator core (inti stator) dan stator coil. Disain stator coil ada 2 macam yaitu model “delta” dan model “Y”. Pada model “Y”, ketiga ujung kumparan tersebut disambung menjadi satu. Titik sambungan ini disebut titik “N” (neutral point). Pada model delta ketiga ujung lilitan dijadikan satu sehingga membentuk segi tiga (delta). Model ini tidak memiliki terminal neutral (N). Stator coil menghasilkan arus listrik AC tiga phase. Tiap ujung stator dihubungkan ke diode positip dan diode negatip.
Dioda (rectifier)
Dioda berfungsi untuk menyearahkan arus AC yang dihasilkan oleh stator coil menjadi arus DC, disamping itu juga berfungsi untuk menahan agar arus dari baterai tidak mengalir ke stator coil. Sifat diode adalah meneruskan arus listrik satu arah. Gambar 4.12 a. merupakan diode positip yang dirangkai seri dengan lampu pada sebuah baterai 12 V. rangkaian tersebut merupakan rangkaian bias maju (forward direction voltage) sehingga diode dapat mengalirkan arus listrik, lampu menyala. Bila hubungan kabel ditukar yang kabel yang berhubungan dengan positip dipindah ke negatip dan sebaliknya maka diode mendapat bias mundur (reverse direction voltage) sehingga diode tidak dapat mengalirkan arus listrik, maka lampu padam.
Pada altenator jumlah diode terdiri dari 6 atau 9 buah diode yang digabungkan. Menurut pemasangannya diode ini dapat dibagi menjadai 2 bagian yaitu diode positip dan diode negatip. Membeda diode posistip dan negatip saat terpasang pada dudukannya dengan cara dioda negatip plat pemegang bodi diode dibautkan langsung ke bodi alternator tanpa isolator, sedangkan pada diode positip plat pemegang bodi diode dipasang ke rumah alternator dengan menggunakan isolator. Membedahkan diode lebih akurat menggunakan Ohm meter.
Prinsip kerja penyearahan arus listrik yang dihasilkan stator coil pada altenator adalah sebagai berikut:
Saat rotor altenator berputar maka terjadi induksi elektromagnetik pada stator coil, gambar di atas: a, menunjukkan bahwa ujung stator coil “A” negatip dan ujung stator coil “C” menghasilkan arus positip, arus yang dihasilkan stator coil “C” disearahkan oleh diode positip “C” , kemudian dialirkan ke baterai (battery). Rotor terus berputar sehingga stator coil “C” yang tadinya menghasilkan arus positip menjadi menghasilkan arus negatip, arus positip dihasilkan oleh stator coil “B”, arus yang dihasilkan stator coil “B” disearahkan oleh diode positip “B” , kemudian dialirkan ke baterai. Demikian seterusnya sehingga secara bergantian stator coil mengasilkan gelombang listrik dan disearakan oleh diode, selisih gelombang satu dengan yang lain 120º.
Sikat (brush)
Sikat berfungsi untuk mengalir arus listrik dari regulator ke rotor coil. Pada altenator terdapat dua sikat, yaitu :
- Sikat positip yang berhubungan dengan terminal F alternator
- Sikat negatip berhubungan dengan bodi altenator dan terminal E
Sikat merupakan bagian yang sering menjadi penyebab gangguan pada altenator, karena cepat aus. Sikat yang sudah pendek dapat menyebabkan aliran listrik ke rotor coil berkurang, akibat tekanan pegas yang melemah. Berkurangnya aliran listrik ke rotor coil menyebabkan kemagnetan rotor berkurang dan listrik yang dihasilkan altenator menurun. Bila sikat suda pendek harus segera diganti, sebab kalau sampai sikat habis maka slip ring akan bergesekan dengan pegas sikat sehingga menjadi aus. Sikat yang sudah habis dapat menyebabkan liran listrik ke rotor coil terputus, kemgnetan rotor hilang, altenator tidak dapat menghasilkan listrik, tidak terjadi proses pengisian.
Sikat patah dan pecahnya rumah sikat sering dijumpai akibat kesalahan saat merakit altenator. Saat rotor dilepas sikat akan keluar akibat tekanan pegas, pada kondisi tersebut bila seseorang merakit rotor, maka bearing rotor akan menekan sikat sehingga sikat patah dan hal ini dapat pula menyebabkan rumah sikat pecah, untuk menghindari hal tersebut maka sikat harus dimasukkan ke rumahnya dan ditahan menggunakan kawat yang dimasukan melaui lubang kecil yang sedah tersedia, bila sikat sudah tertahan oleh kawat maka rotor dapat dimasukkan dengan aman.
Regulator
Regulator berfungsi untuk mengatur arus dan tegangan yang dihasilkan oleh altenator. Arus yang dihasilkan altenator sampai putaran 2000 rpm sebesar 10 A atau kurang, namun saat beban lampu dihidupkan maka arus yang dihasilkan pada putaran 2000 rpm sebesar 30 A atau lebih sesuai kapasitas dari altenator dan beban listriknya. Tegangan yang dihasilkan altenator dijaga tetap stabil pada 13,8-14,8 Volt.
Regulator mekanik 6 terminal mempunyai terminal E, F, N, B, IG dan L. Pada regulator ini terdiri dari dua bagian yaitu voltage regulator yang berfungsi untuk mengatur arus dan tegangan pengisian dan voltage relay yang berfungsi untuk mengatur hidup dan matinya lampu indicator pengisian sebagai indikasi sistem pengisian berfungsi.
Pola susunan terminal pada regulator tipe A adalah IG,N,F dan E,L,B, sedangkan pola susunan terminal pada regulator tipe B adalah B,L,E dan F,N,IG. Meskipun terminal regulator mempunyai pola tertentu, namun kita sering mengalami kesulitan dalam menentukan terminal regulator, sehingga kita kesulitan menentukan apakah regulator tertentu tipa A atau tipe B. Cara menentukan terminal regulator mekanik 6 terminal adalah:
1. Tentukan mana bagian voltage regulator, mana bagian voltage relay. Voltage regulator mudah dikenali karena mempunyai ciri mempunyai resistor.
2. Identifikasi terminal pada voltage regulator, dimana voltage regulator mempunyai 3 terminal yaitu IG, F dan E.
Identifikasi terminal IG, F, dan E pada Voltage Regulator
3. Identifikasi terminal pada voltage relay, dimana voltage relay mempunyai 3 terminal yaitu B, L dan N.Identifikasi terminal IG, F, dan E pada Voltage Regulator
Identifikasi terminal B, L dan N pada Voltage Relay
PERAWATAN SISTEM PENGISIAN 1
Sistem pengisian harus dirawat dengan baik supaya arus listrik tidak
mengalami gangguan selama digunakan. jika sistem pengisian tidak dirawat
dengan baik akan muncul beberapa akibat, seperti:- Pengisian baterai kurang sempurna, energi listrik yang disimpan baterai kurang dan mesin tidak dapat distarter.
- Baterai tidak dapat menyimpan energi listrik.
- Usai pemakaian baterai lebih pendek.
- Perawatan baterai
- Pemeriksaan V belt, Pemeriksaan pada V belt meliputi: pemeriksaan tegangan V belt dan kondisi fisik V belt, seperti keretakan.
- Pemeriksaan arus dan tegangan pengisian.
MERAWAT BATERAI
Pada kendaraan baik mobil maupun sepeda motor, baterai mempunyai
peranan yang penting, baik saat mesin hidup maupun saat mesin distarter.
Perawatan baterai yang baik akan memberikan beberapa manfaat seperti:
- Mencegah baterai dari kemungkinan kekurangan elektrolit baterai, Kekurangan elektrolit terjadi karena saat proses pengisian dan pengosongan terjadi penguapan. Jika elektrolit pada baterai kurang maka menyebabkan baterai menjadi panas, terjadi kristalisasi pada sel-sel baterai, dan bahan aktif pada sel baterai lepas. Jika bahan aktif baterai lepas menyebabkan efektifitas baterai menurun dan bahan aktif sel yang lepas akan jatuh di dasar kotak atau terselip di antara sel sehingga baterai dapat terjadi pengosongan sendiri (self discharge).
- Terminal baterai menjadi awet, Kerusakan yang terjadi pada terminal baterai biasanya adalah korosi. Korosi disebabkan oleh uap dari elektrolit dan panas akibat terminal kendur.
Gangguan yang sering dirasakan adalah fungsi saat mesin distarter,
dimana jika bateri kurang baik maka energi yang disimpan tidak cukup
untuk melakukan starter sehingga kendaraan sulit distarter atau bahkan
tidak bisa distarter.
Penyebab energi listrik tidak cukup untuk melakukan starter disebabkan beberapa hal, yaitu:
- Energi listrik yang dihasilkan sistem pengisian lebih kecil dari energi listrik yang dibutuhkan untuk starter.
- Baterai sudah lemah sehingga tidak mampu menyimpan energi listrik atau terjadi pengosongan sendiri.
- Kontak pada terminal baterai maupun motor starter kotor atau kurang kuat.
Self discharge atau pengosongan sendiri pada baterai disebabkan beberapa hal, yaitu:
- Adanya bahan aktif yang rusak dan menempel antar sel baterai.
- Ketidak murnian logam seperti besi atau magnesium yang bercampur dengan elektrolit. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa menambah elektrolit harus menggunakan air suling atau air yang tidak mengandung logam.
- Bahan aktif baterai.
- Temperatur elektrolit baterai.
Grafik pengaruh temperatur dan bahan aktif terhadap pengosongan sendiri
KEGIATAN YANG DILAKUKAN DALAM MERAWAT BATERAI
Perawatan baterai meliputi dua hal, yaitu:
- Membersihkan terminal baterai dari karat atau kotoran yang lain.
- Memeriksa jumlah dan berat jenis elektrolit.
Membersihkan terminal baterai
Terminal baterai merupakan bagian yang mudah mengalami kerusakan
akibat korosi, bila terminal korosi maka tahanan pada terminal
bertambah dan terjadi penurunan tegangan pada beban sehingga beban tidak
dapat berfungsi optimal. Untuk mencegah hal tersebut maka terminal
harus dibersihkan. Pembersihan terminal baterai dilakukan dengan cara:
1. Kendorkan baut pengikat baterai sesuai dengan kontruksi baterai.
2. Bila terminal tersebut melekat dengan kuat pada pos baterai,
jangan memukul atau mencungkil terminal baterai untuk melepaskannya. Ini
dapat merusak posnya atau terminal baterai. Gunakan obeng untuk
melebarkan terminal, kemudian tarik dengan traker khusus.
Melepas terminal Baterai
3. Bersihkan terminal baterai menggunakan amplas atau sikat khusus.4. Oleskan grease atau vet pada terminal dan konektor, kemudian pasang terminal dan kencangkan baut pengikatnya.
5. Lakukan pemeriksaan tahanan pada terminal baterai dengan menggunakan volt meter. Caranya: Colok ukur positip dihubungkan terminal pisitip baterai dan colok ukur negatip dihubungkan konektor baterai Lakukan starter mesin, dan tegangan pada volt meter harus tetap Nol, bila volt meter menunjukkan tegangan maka terdapat tahanan pada terminal baterai.
Memeriksa Tahanan terminal Baterai
Memeriksa jumlah dan berat jenis elektrolit
Dalam pemeriksaan elektrolit ada dua hal yang dilakukan yaitu: pemeriksaan jumlah elektrolit dan berat jenis elektrolit.
Jumlah elektrolit di dalam baterai dapat berkurang karena beberapa hal, seperti:
- Cairan elektrolit menguap, Selama proses pengisian maupun pengosongan listrik pada baterai terjadi efek panas sehingga eletrolit baterai menguap sehingga jumlah elektrolit berkurang. Jumlah elektrolit yang baik adalah diantara tanda batas Upper Level dengan Lower Level. Jumlah elektrolit yang kurang menyebabkan sel baterai cepat rusak, sedang jumlah elektrolit berlebihan menyebabkan tumpahnya elektrolit saat batarai panas akibat pengisian atau pengosongan berlebihan. Untuk menambah jumlah elektrolit yang kurang cukup dengan menambah H2O atau terjual dengan nama Air Accu.
- Over Charging, Penyebab elektrolit cepat berkurang dapat disebabkan oleh overcharging, oleh karena bila berkurangnya elektrolit tidak wajar maka periksa dan setel arus pengisian.
- Baterai retak, Keretakan baterai dapat pula menyebabkan elektrolit cepat berkurang, selain itu cairan elektrolit dapat mengenai bagian kendaraan, karena cairan bersifat korotif maka bagian kendaraan yang terkena elektrolit akan korosi.
Elektrolit baterai yang dijual ada dua macam yaitu air accu dan air zuur. Air accu merupakan air murni (H2O)
dengan sedikit asam sulfat, sedangkan air zuur kandungan asam sulfatnya
cukup besar sehingga berat jenisnya lebih tinggi. Air accu digunakan
untu menambah elektrolit baterai yang berkurang, sedangkan air zuur
digunakan untuk mengisi baterai pada kondisi kosong. Penambahan
elektrolit dengan air zuur menyebabkan berat jenis elektrolit terlalu
tinggi. Kesalahan ini dapat menyebabkan interprestasi hasil pengukuran
keliru, sebab hasil pengukuran menunjukkan berat jenis elektrolit
baterai tinggi tetapi kapasitas listrik yang tersimpan kecil.
Selain jumlah elektrolit pemeriksaan juga perlu dilakukan terhadap
berat jenis elektrolit. Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai
menggunakan alat hidrometer. Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai
merupakan salah satu metode untuk mengetahui kapasitas baterai. Baterai
penuh mempunyai Bj 1,27-1,28, baterai kosong Bj 1,100-1,130. Hubungan
berat jenis dan kapasitas adalah sebagai berikut:
Berat jenis elektrolit berubah sebesar:
Rumus untuk mengoreksi hasil pengukuran berat jenis elektrolit
Dari hasil pengukuran akan diperoleh data kondisi elektrolit, bila
berat jenis elektrolit lebih dari 1,280 maka tambahkan air suling agar
berat jenis berkurang 1.280 penyebab terllu tingginya berat jenis dapat
disebabkan kekeliruha waktu menambah elektrolit, saat lektrolit kurang
harus ditambahkan air suling bukan elektrolit atau air zuur. Lakukan
pengisian penuh, bila hasil pengukuran urang dari 1.210 atau ganti
dengan baterai baterai baru.
Perbedaan berat jenis antar sel tidak boleh melebihi 0.040, bila
hal ini terjadi maka lakukan pengisian penuh, kemudian ukur kembali
beratjenisnya, bila berat jenis antar sel melebihi 0.030, setel berat
jenis dengan menambah air suling atau menambah air zuur sampai
elektrolit hamper sama, namun bila tidak bisa dilakukan, ganti dengan
baterai baru.
Terdapat beberapa produsen baterai menggunakan indicator berat
jenis baterai yang menjadi satu kesatuan dengan sumbat baterai, atau
dipasang satu indicator tersendiri. Adanya indicator berat jenis baterai
membuat perawatan lebih mudah, karena saat perawatan pemeriksaan berat
jenis membutuhkan waktu yang cukup lama, dan bila tidak dilakukan degan
hati-hati elektrolit dapat tumpah/menetes pada kendaraan.
Indikator pada baterai jenis ini mempunyai 3 warna, yaitu:- Warna hijau (green) , sebagai indikasi baterai masih baik
- Warna hijau gelap (dark green) , sebagai indikasi baterai perlu diperiksa elektrolitnya dan diisi
- Kuning (yellow), sebagai indikasi baterai perlu diganti
PERAWATAN SISTEM PENGISIAN 2
PEMERIKSAAN V BELTPada sistem pengisian V belt berfungsi untuk meneruskan putaran mesin ke alternator. Apabila tegangan V belt kurang maka akan menyebabkan terjadinya slip sehingga kecepatan putaran alternator kurang dan akibatnya out put alternator kurang.
Penurunan tegangan V belt disebabkan oleh keausan V belt karena faktor usia atau perubahan penyetelan. Kerusakan yang terjadi pada V belt akibat dimakan usia, diantaranya: V belt aus, elastisitas menurun dan V belt menjadi pecah. apabila kerusakan pada V belt tidak diperhatikan maka terdapat kemungkinan V belt putus pada saat kondisi mesin hidup.
Langkah-langkah dalam pemeriksaan V belt, yaitu:
1. Lepas V belt dari kemungkinan retak, rip lepas retak atau cacat
2. Pasang kembali dan setel tegangan V belt dengan menekan dengan kekuatan 10 kg, standar defleksi untuk belt lama = 7-10mm dan untuk belt baru = 5-7 mm.
Untuk jenis v belt juga harus memeriksa pemasangannya terhadap pully. Pemeriksaan Belt tipe multi V. Besar difleksi untuk belt lama sebesar 7-8 mm, sedangkan belt baru 5-7 mm dengan tegangan belt 45-55 kg untuk belt baru dan 20-35 kg untuk belt lama.
PERAWATAN SISTEM PENGISIAN 3
PEMERIKSAAN ARUS DAN TEGANGAN PENGISIAN
PEMERIKSAAN ARUS DAN TEGANGAN PENGISIAN TANPA BEBAN
Langkah-langkah pemeriksaan arus dan tegangan pengisian tanpa beban meliputi:1. Hubungkan clem positif volt meter dengan terminal positif baterai dan clem negatif volt meter dengan terminal negatif baterai.
2. Pasang amper meter dengan memasang clem induksi pada kabel positif baterai.
3. Hidupkan mesin, atur putaran mesin dari putaran idle sampai putaran 2000 rpm.
4. Periksa penunjukan pada Volt-Amper meter.
Standar penunjukan untuk sistem pengisian regulator mekanik: Arus kurang dari 10 A dan tegangan: 13,8-14,8 volt.
Standar penunjukan untuk sistem pengisian IC regulator: Arus kurang dari 10 A dan tegangan untuk regulator tipe A: 13,8-14,1 volt sedangkan tegangan tipe M: 13,9-15,1 volt.
PEMERIKSAAN ARUS DAN TEGANGAN PENGISIAN DENGAN BEBAN
1. Pasang Volt meter yaitu menghubungkan clem positif pada terminal positif baterai dan clem negatif pada terminal negatif baterai.
2. Pasang amper meter dengan memasang clem induksi pada kabel positif baterai.
3. Hidupkan mesin, atur putaran mesin dari putaran idle sampai 2000 rpm, Hidupkan lampu kepala dan fan AC. Periksa penunjukan pada Amper-Volt meter.
Standar penunjukan untuk regulator mekanik , arus lebih dari 30 A dan tegangan: 13,8-14,8 A.
Standar penunjukan tegangan untuk sistem pengisian IC regulator, IC tipe A: 13,8-14,1 volt sedangkan regulator tipe M: 13,9-15,1 volt.
Apabila setelah dilakukan pemeriksaan seperti di atas dan hasil dari pemeriksaan arus serta tegangan kurang dari spesifikasi, maka lakukan langkah berikut:
- Periksa tegangan antara terminal positif baterai dengan terminal B alternator, tegangan harus NOL volt, jika ada tegangan berarti ada sambungan yang kurang kuat atau putus.
- Periksa tegangan antara bodi alternator dengan terminal negatif baterai, tegangan harus NOL volt, bila ada tegangan maka pemasangan alternator kurang baik, terminal kotor atau kabel massa kendor/berkarat.
- Tipe regulator mekanik: Hubungkan terminal F dengan terminal B menggunakan kabel jumper, dengan langkah ini jika arus pengisian normal maka kemungkinan yang rusak adalah regulator, fuse atau kabel regulator lepas. Bila tidak ada arus pengisian kemungkinan alternator yang rusak maka harus dioverhaul.
- Tipe IC regulator: Pada sistem pengisian dengan IC regulator bila tidak ada arus pengisian, maka hubungkan terminal F dengan bodi alternator menggunakan kawat atau penghantar. Bila arus pengisian menjadi normal maka kemungkinan yang rusak adalah IC regulator. Jika tetap tidak ada pengisian kemungkinan yang rusak adalah alternatornya dan harus dioverhaul.
Kamis, 18 Maret 2010
SISTEM PENGAPIAN
Sistim pengapian konvensional
Walaupun perbandingan kompresi tidak berubah-ubah pada suatu engine, jumlah campuran udara/bahan bakar di dalam silinder (pada awal langkah kompresi) berubah-ubah sesuai posisi pembukaan katup throttle, dengan demikian terjadi perubahan pada tekanan kompresi pada rentang kerja engine.
Pada busi terdapat dua buah elektroda yaitu elektroda tengan dan samping elektroda tengah mengalirkan arus listrik dari distributor yang kemudian akan melompat menuju elektroda samping.
SISTEM
PENGAPIAN
- Fungsi Sistem Pengapian
Fungsi dari
sistem pengapian pada kendaraan adalah menyediakan percikan bunga api listrik
pada busi untuk membakar campuran udara/bahan bakar di dalam ruang bakar engine
pada akhir langkah kompresi.
2. Nama-nama
komponen sistem pengapian serta fungsinya
a. Baterai (Battery)
Sebagai sumber arus listrik dengan tegangan rendah (12
Volt).
b. Kunci Kontak (Ignition Switch)
Untuk memutus atau menghubungkan arus listrik dari
baterai ke koil.
c. Koil (Ignition Coil)
Menaikkan tegangan dari 12 Volt tegangan battery menjadi
tegangan tinggi yang besarnya 10.000 – 20.000 Volt.
d. Kontak pemutus/platina (breaker point)
Untuk menghubungkan dan memutuskan arus primer dari
baterai ke kunci kontak ke koil sampai ke massa.
e. Kondensor/kondensator (condensor)
Untuk menyimpan induksi sendiri pada kumparan primer koil
yang besarnya 300 – 400 Volt, mencegah percikan bunga api pada platina, serta
mempercepat penuhnya arus primer pada saat platina menutup.
f. Distributor
Berfungsi
membagikan (mendistribusikan) arus tegangan tinggi yang di hasilkan
(dibangkitkan) oleh kumparan skunder pada koil ke busi pada tiap- tiap silinder
sesuai dengan urutan pengapian.
Bagian-
bagian ini terdiri dari:
- Cam (nok)
Membuka breaker
point (platina) pada sudut cam shaftt yang tepat untuk masing-masing selinder.
- Centrifugal
governor advancer
Memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin
- Vacuum Advancer
Memajukan saat pengapian sesuai dengan beban mesin
(vacuum Intake manifold)
- Rotor
Membagikan arus listrik tegangan tinggi yang di hasilkan
oleh igantion coil ketiap- tiap busi.
- Distributor
Cap
Membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke
kabel tegangan tinggi untuk masing- masing selinder.
g. Kabel tegangan
tinggi
Mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari koil ke
busi
h. Busi
Memercikkan bunga api listrik di ruang bakar pada akhir
langkah kompresi sehingga terjadi pembakaran campuran bahan bakar dan udara
3. Cara Kerja
sistem pengapian
a.
Kunci kontak ON platina dalam kondisi menutup
Arus listrik akan mengalir dari (+) battery menuju ke
sekring kemudian ke terminal B kunci kontak à IG kunci kontak à (+) koil à kumparan primer koil à (-) koil à platina à massa.
Gambar 2. Cara
kerja sistem pengapian konvensional
Keterangan :
1.
Kumparan primer
koil
7. Battery
2.
Kumparan
skunder
koil
8. Kunci kontak
3.
Koil
9. Distributor
4.
kondensor
10. Kabel busi/kabel tegangan tinggi
5.
Platina (kontak
pemutus)
11. Busi
6.
Sekring
b.
Platina mulai terbuka
Arus listrik dari battery ke kunci kontak ke koil ke
platina sampai ke massa menjadi terputus. Akibatnya pada kumparan primer dan
skunder koil terjadi induksi.
Pada kumparan skunder koil terjadi induksi tegangan
tinggi yang besarnya 10.000 – 20.000 Volt yang dialirkan ke distributor dan ke
masing-masing busi sehingga busi dapat meloncatkan bunga api listrik. Pada
kumparan primer koil terjadi induksi sendiri yang besarnya 300 – 400 Volt yang
selanjutnya disimpan di kondensor.
4. Prinsip Kerja
Koil Pengapian
Konstruksi.
Coil pengapian
terdiri dari rumah logam yang meliputi lembar pelapis logam untuk mengurangi
kebocoran medan magnet. Lilitan sekunder, yamg mempunyai lilitan lebih kurang
20.000 lilitan kawat tembaga halus dililitkan secara langsung ke inti besi yang
dilaminasi dan disambungkan ke terminal tegangan tinggi yang terdapat pada
bagian tutup coil. Karena tegangan tinggi diberikan pada inti besi, inti harus
diisolasi oleh tutup dan insolator tambahan diberikan di bagian dasar.
Lilitan primer,
terdiri dari 200 – 500 lilitan kawat tembaga yang relatif tebal, di tempatkan
dekat dengan bagian luar sekelililng lilitaan sekunder. Panjang dan lebar kawat
akan menyebabkan resistansi lilitan primer berubah tergantung pada
penggunaannya.
Coil pengapian
adalah transformator peningkat tegangan. Coil menghasilkan pulsa-pulsa tegangan
tinggi yang dikirimkan ke busi-busi untuk menyulut campuran bahan
bakar/udara di tabung engine.
Lilitan primer coil, menyimpan enerji dalam bentuk medan
magnit. Pada waktu yang ditentukan kontak poin terbuka, arus primer
berhenti mengalir dan medan magnit kolap memotong coil sekunder menghasilkan
tegangan tinggi ke dalamnya. Tegangan sekunder menyalakan busi.
Gambar 4. Kondensor Dipasang Pada
Distributor.
Kondensor
mencegah percikan bunga api pada poin-poin pada saat poin-poin tersebut mulai
membuka. Arus yang berlebihan mengalir ke dalam kondensor pada saat poin-poin
terpisah.
Sebuah
Kondensor terdiri dari beberapa lembar kertas timah masing-masing lapisan
diberi isolasi kertas paraffin, lembar tersebut digulung dengan ketat sehingga
berbentuk silinder, masing-masing kumpulan plat dihubungkan dengan satu kawat
sebagai kutub positif dan negative. Kondensor biasanya dipasang didalam distributor
dan ada juga yang dipasang diluar distributor.
Kondensor itu
diperlukan karena:
- Poin-poin
membuka dan menutup secara mekanis; gerakan tersebut sangat lambat dibandingkan
dengan kecepatan aliran arus.
- Poin-poin
tersebut hanya membuka sedikit.
- Tegangan di
dalam coil dapat menjadi sangat tinggi.
Tanpa kondensor, yang terjadi adalah:
- Tegangan
induksi di dalam lilitan primer menjadi sangat tinggi mendorong arus meloncati
celah membakar permukaan kontak poin.
Aliran arus tidak
dapat cepat berhenti, dan medan magnit kolap sangat lambat. Karenanya tegangan
sekunder terlalu rendah untuk menyalakan busi.
6.
Pengendali/Pemaju Pengapian Sentrifugal
Untuk
mendapatkan saat pemajuan yang diperlukan saat putaran engine naik, distributor
mempunyai mekanisme sentrifugal yang terdiri dari dua buah pemberat yang
mempunyai titik tumpu di bagaian bawah distributor. Kedua pemberat ini ditahan
pada dudukannya oleh pegas dan berputar dengan sumbu distributor. Jika
kecepatan putar naik, pemberat terlempar ke arah luar (karena pengaruh gaya
sentrifugal) melawan tarikan pegas dan akhirnya memajukan bubungan kontak poin.
Gambar 5: Salah satu contoh Mekanisme
Pemaju Pengapian jenis Sentrifugal.
Bubungan dapat
bergerak bebas pada poros distributor dan saat pemberat bergerak ke arah luar
akibat gaya sentrifugal, bubungan bergeser, atau berputar, searah dengan
perputaran poros. Hal ini membuat bubungan kontak poin bersinggungan lebih
cepat dengan kontak poin, dengan demikian terjadilah pemajuan pengapian.
7.
Pengendali Pengapian Vacuum
Interval waktu
antara saat terjadinya penyalaan dan saat diperoleh tekanan kompresi maksimum
adalah tidak tetap, tetapi berubah-ubah sesuai kecepatan pembakaran.
- Jika campuran
kaya dan tekanan kompresi tinggi, dia akan terbakar dengan sangat cepat sewaktu
di sulut.
- Jika campuran
miskin dan tekanan kompresi rendah, campuran akan terbakar dengan lambat.
Walaupun perbandingan kompresi tidak berubah-ubah pada suatu engine, jumlah campuran udara/bahan bakar di dalam silinder (pada awal langkah kompresi) berubah-ubah sesuai posisi pembukaan katup throttle, dengan demikian terjadi perubahan pada tekanan kompresi pada rentang kerja engine.
Gambar 6 :
Konstruksi vacuum advancer
Mekanisme
pengendali pemajuan pengapian vacuum terdiri dari unit diafragma vacuum,
dihubungkan dengan pelat dudukan distributor dan sisilain diafragma dihubungkan
dengan saluran vacuum karburator melalui selang vacuum.
Diafragma
ditahan pada posisinya oleh pegas. Pelat dudukan dan kontak poin akan berputar
saat diafragma berhubungan dengan kevacuuman saluran masuk engine.
Cara Kerja
Pembukaan katup
gas/throttle yang kecil akan memberikan tingkat kevacuuman yang tinggi pada
diafragma yang mengakibatkan pelat dudukan berputar mempercepat saat
pengapian.Saat pembukaan katup throttle membuka semakin lebar, pengaruh
kevacuuman akan menurun mengurangi pemajuan saat pengapian. Pembukaan penuh
katup throttle akan memberikan tekanan udara luar (tidak ada kevacuuman)
terhadap diafragma mengakibatkan tidak terjadi pemajuan saat pengapian.
Catatan:
Kerjasama antara pemaju pengapian
sentrifugal dan kevacuuman secara otomatis memberikan perubahan yang pasti
terhadap saat pengapian pada setiap rentang kerja engine.
8. Sudut Dwell
Sudut Dwell adalah besarnya sudut putaran bubungan
distributor saat kontak poin menutup. Sudut Dwell yang tepat sangat penting
pada coil pengapian. Coil pengapian, agar dapat berkerja dengan baik memerlukan
waktu aliran arus yang mengalir pada lilitan primercukup lama agar mampu
membangkitkan medan magnet yang kuat di sekitarnya.Kekuatan medan magnet
digunakan untuk memotong lilitan sekunder agar menghasilkan tegangan yang
diperlukan untuk menyalakan busi.
Gambar 7 :
Sudut Dwell
Celah kontak
poin dapat merubah sudut dwell. Celah kontak poin yang sempit akan menaikkan
sudut dwell. Ini berarti kontak poin tertutup lebih cepat dan munutupnya
terlambat dan ini meningkatkan sudut dwell.
Besarnya sudut
dwell dapat di tentukan dengan rumus:
60% x
360/n.
n = jumlah
selinder.
Sudut dwell
yang terlalu besar dapat menimbulkan kerugian. Kontak poin menutup lebih cepat
dapat mempengaruhi kerja coil pengapian dan kondensor menyebabkan pembakaran
yang jelek dan kontak poin terbakar karena percikan yang berlebihan.
Celah yang
besar atau sudut dwell yang kecil, menyebabkan kontak poin menutup lambat dan
membuka lebih cepat, coil tidak punya waktu untuk memperoleh kejenuhan medan
magnet dengan demikian menimbulkan pembakaran yang jelek.
9. Busi
Busi berguna
untuk menghasilkan bunga api dengan menggunakan tegangan tinggi yang dihasilkan
oleh koil. Bunga api yang dihasilkan oleh busi kemudian di pergunakan untuk
memulai pembakaran campuran bahan bakar dengan udara yang telah di kompresikan
di dalam selinder.
Konstruksi busi
|
Pada busi terdapat dua buah elektroda yaitu elektroda tengan dan samping elektroda tengah mengalirkan arus listrik dari distributor yang kemudian akan melompat menuju elektroda samping.
Isolator yang ada pada busi untuk
mencegah bocornya arus listrik tegangan tinggi, sehingga tetap mengalir
mel;alui elektroda tengah dan elektroda samping terus ke masa sambil
menghasilkan bunga api dari elektroda tengah ke elektroda samping.
10. Nilai panas busi
Yang dimaksud
dengan nilai panas busi adalah kemampuan meradiasikan sejumlah panas oleh busi.
Busi yang meradiasikan panas yang lebih banyak disebut busi dingin sebab busi
tersebut akan tetap dingin, sedangkan busi yang meradiasikan busi panas sedikit
disebut dengan busi panas.
Busi dingin
mempunyai ujung insulator yang lebih pendek karena permukaan persinggungan
dengan api lebih kecil dan jalur radiasi panasnya pendek, maka perambatan panas
sangat baik dan tempratur elektroda tengah tidak akan naik terlalu tinggi.
Sedangkan busi panas mempunyai ujung insulator yang
panjang dan
permukaan
singgung dengan api yang luas sehingga jaluir perambatan panas menjadi panjang
dan radiasi panas menjadi kecil. Akibatnya terpratur elektroda tengah menjadi
naik.
Nilai panas
busi juga dapat ditentukan dengan nomor yang ada pada busi, semakin tinggi
angka atau nomor suatu busi maka semakin tinggi nilai panas busi
Gambar 9. Busi tipe panas dan busi tipe
dingin
c. Rangkuman
Distributor
berfungsi membagikan (mendistribusikan) arus tegangan tinggi yang di hasilkan
(dibangkitkan) oleh kumparan skunder pada ignition coil ke busi pada tiap- tiap
selinder sesuai dengan urutan pengapian
Coil pengapian
terdiri dari rumah logam yam meliputi lembar pelapis logam untuk mengurangi
kebocoran medan magnet. Lilitan sekunder, yang mempunyai lilitan lebih kurang
20.000 lilitan kawat tembaga halus dililitkan secara langsung ke inti besi yang
dilaminasi dan disambungkan ke terminal tegangan tinggi yang terdapat pada
bagian tutup coil.
Lilitan primer,
terdiri dari 200 – 500 lilitan kawat tembaga yang relatif tebal, di tempatkan
dekat dengan bagian luar sekelililng lilitaan sekunder. Panjang dan lebar kawat
akan menyebabkan resistansi lilitan primer berubah tergantung pada
penggunaannya.
Rangkaian
primer merupakan jalur untuk arus tegangan rendah dari baterai (lihat diagram)
dan terdiri dari komponen-komponen berikut:
- Saklar
Pengapian
- Lilitan Primer
Coil
- Kontak Poin
Distributor
- Kondensor
Rangkaian sekunder merupakan jalur untuk arus tegangan
tinggi yang ditingkatkan oleh coil dan terdiri dari komponen-komponen berikut:
- Lilitan
Sekunder Coil
- Lengan Rotor
Distributor
- Tutup
Distributor
- Busi-Busi
Kondensor
mencegah percikan bunga api pada kontak poin pada saat kontak poin tersebut
mulai membuka. Arus yang berlebihan mengalir ke dalam kondensor pada saat
kontak poin terpisah.
Sudut Dwell
adalah besarnya sudut putaran bubungan distributor saat kontak poin menutup.
Besarnya sudut dwell dapat di tentukan dengan rumus:
60% x 360/n.
n = jumlah selinder
Sudut dwell
yang terlalu besar, Kontak poin menutup lebih cepat dan dapat mempengaruhi
kerja coil pengapian. Yang menyebabkan pembakaran yang jelek dan kontak poin
terbakar karena percikan yang berlebihan.
Celah kontak
point yang besar atau sudut dwell yang kecil, menyebabkan kontak poin menutup
lambat dan membuka lebih cepat, coil tidak punya waktu untuk memperoleh
kejenuhan medan magnet dengan demikian menimbulkan pembakaran yang jelek.
Mekanisme
sentrifugal advancer berpungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan
pertambahan putaran mesin.
Mekanisme Vakum
advancer berpungsi untuk memundurkan atau memajukan saat pengapian pada saat
beban mesin bertambah atau berkurang.
Busi
mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menajdi loncatan bunga api melalui
elektroda.
Nilai panas busi adalah kemampuan meradiasikan
sejumlah panas oleh busi. Nilai panas busi dapat ditentukan dengan nomor yang
ada pada busi, semakin tinggi angka atau nomor suatu busi maka semakin tinggi
nilai panas busi
Langganan:
Postingan (Atom)